Sabtu, 10 Januari 2015

Perbedaan Pintar, Cerdas, dan Jenius

Pintar, cerdas, dan jenius, adalah kata berbeda, dan makna berbeda pula, tapi kadang kata ini digunakan untuk hal yang sama. Misalnya dalam kalimat, “Pantas dia terpilih, orangnya memang pintar.” Jika tak memahami perbedaan ketiganya, maka kalimat “Pantas dia terpilih, orangnya memang jenius,” atau “Pantas dia terpilih, orangnya memang cerdas.” akan dimaknai sama.
“Biasakan menggunakan kata yang tepat, meski kamu tak berdosa jika tidak menggunakannya.” Pesan pembimbing saya dulu, selalu terngiang di telinga sampai sekarang. Bahkan saking terngiangnya, saya kadang terlalu lama memikirkan suatu kata yang tepat digunakan dalam satu kalimat. Padahal bagi pembaca, itu biasa saja, bahkan ada yang terkesan “ngejlimet”.
Pintar, Cerdas, dan Jenius adalah kata yang menujukan keadaan di atas rata-rata. Namun, ada perbedaan mendasar antara ketiganya. Celoteh ini mencoba menguraikan perbedaan itu tentu dari perspektif yang saya pahami. Karena ada beratus-ratus pemahaman berbeda tentang hal itu. Saya bahkan mendengar khatib mengatakan dalam khutbahnya, “pilihlah yang cerdas, karena yang cerdas pasti pintar”. Wooow…
Pertama, pintar. Pintar adalah penguasaan bidang yang dipelajarinya. Misalnya, siswa belajar Matematika sub segitiga siku-siku, belajar PKn dengan sub bahasannya, belajar Agama, dan pelajaran yang lain. Dalam beberapa pertemuan yang direncanakan, siswa itu berhasil menguasai sesuai dengan harapan dan target pembelajaran. Menguasai pelajaran Matematika, PKn, Agama, dan pelajaran lain, sesuai apa yang dipelajarinya. Itulah pintar. Pintar lebih dekat dengan tahu. Namun pintar, dibatasi oleh waktu dan proses. Karena ada banyak orang tahu yang dipelajarinya tapi melebihi waktu yang direncanakan sebelumnya.
Dengan demikian orang pintar butuh proses. Orang pintar butuh proses mempelajari terlebih dahulu dengan jangka waktu tertentu, sampai mengetahui sepenuhnya akan hal yang dipelajarinya. Pengetahuan yang diketahui itulah yang membuat dia dinobatkan sebagai orang pintar. Dengan demikian, semua orang berpotensi menjadi pintar, asalkan dibentuk sedemikian rupa.
Kedua, cerdas. Cerdas adalah kemampuan menyelesaikan beberapa masalah tanpa pernah mempelajari atau dianggap tidak pernah mempelajari masalah itu. Misalnya, Beddu tiba-tiba bisa membuat Kambing masuk ke dalam kandang lebih cepat dari pengembalanya, padahal Beddu bukan pengembala Kambing, dan tidak pernah mempelajarinya. Esoknya, Beddu berhasil menyelesaikan persoalan keluarga dari hutang piutang dengan solusi tepat. Dalam waktu yang sama, dia juga membantu memindahkan rumah menggunakan sedikit orang. Akumulasi dari kemampuan Beddu itulah kemudian dia dinobatkan sebagai orang cerdas.

Apa yang dilakukan Beddu, bukan hasil dari proses mempelajari atau proses pemikiran, tapi muncul begitu saja. Oleh karena cerdas adalah sifat bawaan dan bukan merupakan proses yang dibentuk seperti orang pintar. Dengan demikian kata cerdas, tidak tepat jika ditujukan kepada bidang ilmu tertentu. Keliru mengatakan, Beddu cerdas Matematika, cerdas Agama, dan lain-lain.
Jadi, perbedaan pintar dan cerdas dalam menyelesaikan masalah; orang pintar menyelesaikan masalah dari pengetahuan hasil proses pembelajaran terlebih dahulu. Kemudian bekerja berdasarkan pedoman, teori apa yang telah dipelajari. Sedangkan orang cerdas menyelesaikan permasalahan tanpa pedoman, tapi murni bawaan sebagai sifat. Dari mana sumber pengetahuannya? Bermacam-macam. Itulah keunikan orang cerdas.

Ketiga, Jenius. Kata jenius dominan disandingkan dengan bidang pengetahuan tertentu, dan hampir sama dengan pintar. Pintar matematika, jenius matematika, dan seterusnya. Ada dua corak utama orang jenius.
Jenius adalah kemampuan mengetahui lebih cepat dari waktu yang diharapkan. Berbeda dengan pintar yang berpedoman pada batas pengukuran hasil belajar. Jenis lebih cepat dari itu. Kemudian, orang jenius terkadang melakukan sesuatu di luar nalar, di luar kebiasaan, hal luar biasa. Itulah sebabnya, orang jenius kadang disangka gila. Misalnya, saat Einstein mengatakan “yang kekal itu hanya energi”. Pernyataannya waktu itu dianggap gila, namun akhirnya terbukti. Itulah jenius.
Lalu, apa perbedaan cerdas dengan jenius? Penyelesaian orang cerdas tidak pernah terpikirkan oleh pemikiran secara umum, namun dapat diterima oleh khalayak. Sedangkan hasil orang jenius belum dapat diterima secara umum, kecuali di waktu mendatang. Itulah sebabnya, kerja keras orang jenius adalah membuktikan kalau apa yang tidak dipercayai oleh orang banyak adalah salah. Orang jenius berusaha membuat orang lain percaya pada olah pikirnya.
Kesimpulan; orang pintar lebih banyak dari orang cerdas, karena pintar mudah dibentuk. Karena cerdas adalah sifat bawaan dari lahir yang dimiliki oleh seseorang, maka orang cerdas besar dipengaruhi oleh genitas dan stimulus lingkungan. Orang yang hidup dalam keluarga menderita, biasanya menjadi orang cerdas, karena terlatih menyelesaikan masalah. Sedangkan jenius adalah adalah hal langka dan fenomenal. Tak banyak yang mendapat predikat jenius.
Nah, dari perbedaan pintar, cerdas, dan jenius tadi, Anda pilih mana? 

2 komentar:

Rais mengatakan...

Pilih ketiganya gua mah :D

Kripik Pisang mengatakan...

kalau ada yang ke 4 aku pilih yang ke 4 gan